ILMU BUDAYA DASAR - 6
TUGAS ILMU BUDAYA DASAR (IBD) KE-6
SELASA, 17 APRIL 2018
DOSEN PEMBIMBING : YENI NURAENI
========================================================
Soal :
- Bagaimana
pandangan Anda tentang cinta kasih menurut pandangan/ajaran agama ?
- Hubungan
manusia dengan keadilan dapat dibagi menajdi :
-
Keadilan Legal / Moral
-
Keadilan Distributif
-
Keadilan Komunikatif
Jelaskan dan berikan implementasinya !
- Apa yang
anda ketahui tentang sesuatu yang berkaitan dengan kejujuran &
kecurangan ?
Jawaban :
- Konsep Cinta dan Kasih
Sayang dalam Islam
Kasih sayang
merupakan salah satu kesempurnaan yang ada pada diri manusia. Dengan rasa kasih
sayang, seseorang dapat merasakan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain.
Dan dengan rasa kasih sayang tersebut mereka berusaha untuk menghilangkan
penderitaan yang dirasakan oleh orang lain.
Tanpa rasa kasih
sayang manusia akan turun derajatnya sehingga setara dengan hewan. Bahkan lebih
buruk dari hewan, karena hewan masih memiliki rasa kasih sayang seperti seekor
induk ayam rela mengerami telur-telur hingga menetas.
Ketika telah
lahir, anak-anaknya pun tidak dibiarkan begitu saja. Mereka diajari untuk
mencari makan, bertahan untuk hidup, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
kekejaman merupakan kemunduran dari fitrah manusia dan merosotkan kedudukannya
ke tingkat nafsu hayawaniyah (hewani) dan bahkan lebih jauh lagi ke tingkat
benda yang tidak berkesadaran dan tidak bergerak.
Merupakan suatu yang tidak dapat dipungkiri
bahwa sifat ini dapat membuat orang turut serta merasakan penderitaan orang
lain, turut merasa gembira bila melihat orang lain senang yang dapat
mempersatukan individu manusia menjadi satu tubuh, satu hati, dan satu
semangat.
Apabila sifat
ini telah tertanam dalam jiwa seseorang, maka betatapun besarnya kesulitan yang
dihadapi tentu dapat teratasi. Tetapi sebaliknya, betapapun bagus dan rapinya
sistem pemerintahan yang ada di dunia ini tidak akan banyak manfaatnya jika
tidak didasari dengan rasa kasih sayang.
Sebagai agama,
Islam mengakui adanya prinsip-prinsip kemanusiaan. Manusia bukanlah malaikat
yang selalu berbuat kebaikan. Dan manusia juga bukan syetan yang selalu
melakukan dan mengajak kepada hal-hal yang buruk. Akan tetapi, manusia adalah
makhluk yang memiliki daya tanggap dan perasaan, mempunyai keinginan, hasrat
dan harapan.
Ungkapan dan ekspresi kasih sayang adakalnya
nampak formal dan adakalanya tidak terlihat (abstrak) karena kasih sayang
adalah cerminan dan refleksi hati. Kasih sayang bukanlah rasa kasihan tanpa
disertai akal pikiran yang sehat (rasional) dan bukan pula rasa kasihan tanpa
mengindahkan keadilan dan ketertiban.
Bukan kasih
sayang yang membabi buta, tanpa batas sehingga menyepelekan norma dan tanpa
dasar ajaran yang jelas. Kasih sayang justru merupakan ungkapan perasaan yang
wajib mengindahkan dan menghargai kewajiban tersebut di atas.
Idealitas kasih
sayang yang dituntut oleh agama ialah seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah
saw. Beliau telah mengajarkan bahwa ukuran kasih sayang optimal yang semetinya
diberikan kepada makhluk Allah adalah seperti kasih sayang pada diri sendiri.
Sebaliknya jika
kasih saying pada diri sendiri tidak berbanding lurus dengan kasih sayuang pada
orang lain, Rasulullah menilainya dengan sebutan “tidak beriman”. Dengan
demikian, kualitas keimanan menunjukkan kepekaan rasa untuk mengasihi orang
lain.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا
يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا
قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Bentuk kasih
sayang Rasul sangat terlihat dari keseharian beliau. Dalam suatu hadis yang
diriwiyatkan oleh Abu Hurairah ra. Nabi bersabda:
حدثنا أبو اليمان: أخبرنا شعيب، عن الزُهري: حدثنا أبو سلمة بن عبد الرحمن: أن
أبا هريرة رضي الله عنه قال:
قبل رسول الله صلى الله عليه وسلم الحسن بن علي وعنده الأقرع بن حابس التميمي جالساً،
فقال الأقرع: إن لي عشرة من الولد ما قبلت منهم أحداً، فنظر إليه رسول الله صلى الله
عليه وسلم ثم قال: من لا يرحم لا يرحم
Tampak jelas
rasa kasih sayang atau cinta Rasul yang pada konteks hadis tersebut ditujukan
kepada Hasan bin Ali ra. cucu beliau. Ini merupakan suatu pelajaran bagi
sahabat Aqra’ bin Habis, karena ia tidak pernah mengekspresikan rasa kasih
sayangnya kepada sepuluh anaknya. Sehingga nabi menyimpulkan bahwa orang yang
tidak mengasihi orang lain maka ia tidak akan dikasihi.
Pernyataan ini
memiliki makna yang sangat luas. Manusia sebagai makhluk sosial harus memiliki
rasa kasih sayang kepada setiap makhluk yang ada di muka bumi. Sangat aneh
kemudian jika ada orang yang tidak memiliki rasa kasih sayang dalam dirinya,
karena setiap hari ia pasti berinteraksi dengan lingkungannya, baik itu manusia
yang lain, hewan, atau tumbuhan. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya bagi setiap
individu untuk memupuk rasa kasih sayang dalam diri agar senantiasa terjadi
hubungan timbal balik yang baik antar sesama makhluk.
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي قَابُوسَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ
يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Para pengasih
akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih, Mahasuci, dan Mahatinggi.
Kasihilah makhluk yang ada di muka bumi, niscaya yang ada di langit (malaikat)
akan mengasihi kalian.”
Dalam buku
Nasaihul ‘Ibad, Imam Nawawi Al-Bantani menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
makhluk yang ada di muka bumi itu tidak hanya manusia, tetapi juga termasuk
binatang yang kita tidak diperintahkan untuk membunuhnya.
Kita dianjurkan
untuk mengasihi sesama manusia juga makhluk hidup lainnya dengan memberikan
kasih sayang dan mendoakan mereka supaya mendapat rahmat Allah serta
ampunan-Nya. Dengan begitu, malaikat yang ada di langit, yang jumlahnya lebih
banyak daripada penduduk bumi akan mengasihi kita.
Namun, kita
tidak diperkenankan untuk mendoakan seluruh kaum muslim supaya diampuni seluruh
dosanya. Begitu pula kita dilarang mendoakan seorang yang sangat fakir agar
memperoleh uang sebanyak 100 dinar, sementara tidak ada jalan atau upaya yang
mudah baginya untuk bisa meraih uang tersebut, dengan mengatakan bahwa itu
termasuk bentuk kasih sayang terhadap sesama makhluk, sebab yang demikian jelas
bertentangan dengan nash-nash syara’.
Selanjutnya,
yang menjadi hal yang menjadi titik tekan adalah korelasi antara iman dan kasih
sayang atau cinta. Dalam suatu teks hadis yang berbunyi:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ
Artinya: “Tidak
sempurna iman salah seorang kalian sehingga Aku lebih dicintai olehnya
dibanding anak, orang tua, dan manusia lainnya.” (HR. Muslim)
a) Mencintai
Allah
Dapat kita
peroleh informasi bahwa kesempurnaan iman seseorang ialah ketika ia mampu
memberikan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada selain
beliau. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh cinta Ilahi ialah dengan
menumuhkan cinta dengan benar-benar beriman kepada Allah.
Keimanan yang
sesungguhnya adalah keimanan yang mampu menggerakkan kesadaran baru kepada
suatu tindakan, sikap dan perilaku yang mendatangkan ridha Allah. Cinta akan tumbuh
dari rasa percaya (iman) sebagai benih cinta tersebut.
Ketika rasa
cinta kepada Allah telah bersemayam dalam hati, secara otomatis cinta kepada
makhluk-Nya pun akan muncul dengan sendirinya. Cinta seorang hamba kepada Allah
dapat diketahui dengan bagaimana cara ia berbakti kepada-Nya.
Tanda-tanda
orang yang cinta kepada Allah adalah sebagai berikut:
i. Ia senantiasa mengikuti ajaran-ajaran Nabi Muhammad,
karena dengan demikian berarti ia telah mencintai Allah. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Surat Ali Imran: 31, yang artinya: Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
ii. Ia senantiasa ikhlas dalam mematuhi segala perintah
Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya, karena ikhlas merupakan ruhnya
ibadah. Cinta kepada Allah memerlukan pengorbanan yang betul-betul ikhlas,
yakni tidak merasa berat dalam mengabdikan diri (beribadah) kepada-Nya. Cinta
kepada Allah merupakan nyawanya iman dan merupakan syarat sahnya iman.
b) Mencintai Nabi
Adapun dalam hal
mencintai Rasulullah saw. hal ini tentu lebih mudah bagi orang-orang yang hidup
semasa dengan nabi, terutama para sahabat. Namun, akan menjadi lebih sulit bagi
orang-orang yang hidup pada masa setelah beliau wafat seperti kita yang hidup
berjarak belasan abad darinya.
Sebenarnya yang
paling diharapkan oleh nabi dengan perkataan beliau pada hadis tersebut ialah
cinta umatnya kepadanya itu dapat direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena pada dasarnya cinta menimbulkan kecenderungan dalam jiwa terhadap apa
yang dilihatnya atau apa yang diduganya baik.
Cinta kepada
Nabi Muhammad saw. merupakan salah satu kewajiban bagi umat Islam. Cinta kepada
nabi merupakan kelanjutan dari rasa iman kepada-Nya. Keimanan seseorang seakan
masih diragukan jika belum bisa mencintai beliau. Cinta kepada nabi bisa
menjadi inner power bagi seorang muslim untuk memperjuangkan misi-misinya.
Dengan cinta,
seseorang mau berkorban demi kekasihnya. Jangankan hanya harta, waktu, dan
pikiran, nyawa pun akan dikorbankan demi kekasihnya. Begitu pula para sahabat
nabi ketika mencintai Rasulullah pada zaman dahulu.
c) Cinta Kepada
Selain Allah dan Rasul-Nya
Orang tua dan
anak merupakan seseorang yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Orang tua
kita telah berusaha dengan semaksimal mungkin supaya kita dapat tumbuh menjadi
anak yang salih yang pada akhirnya dapat berbakti kepadanya. Anak adalah buah
hati yang tidak ada orang tua manapun ingin anaknya hidup menderita.
Tidak salah jika
nabi menggunakan dua hal ini menjadi bandingan terhadap cinta kepadanya.
Rasulullah tidak ingin cinta seorang anak kepada orang tuanya dan sebaliknya
mengakibatkan lalai untuk beribadah kepada Allah swt. Merupakan kesalahan yang
fatal jika seorang anak mematuhi orang tuanya dalam hal keburukan.
Juga bukan suatu
yang benar tatkala orang tua melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama demi
kebutuhan anaknya. Jadi, penting untuk setiap orang mengendalikan rasa cinta
yang ada pada dirinya sehingga tidak melampaui batas dan menimbulkan efek yang
buruk baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.
Hal yang paling
membahagiakan adalah kala kita bisa saling mencintai dengan sesama kita, dimana
cinta itu berdasarkan kemuliaan dan keagungan. Dengan cinta tersebut, kita akan
diantarkan menuju singgasana tertinggi yang penuh kenikmatan. Singgasana itu
berada di dalam istana di atas istana, cinta di atas cinta, yaitu cinta yang
tumbuh karena cinta dan ketaatan kepada-Nya.
“Niscaya akan
mendapatkan kecintaan-Ku untuk dua insan yang saling menyayangi karena Aku, dua
insan yang duduk bersama karena Aku, dua insan yang saling mengunjungi karena
Aku, dan dua insan yang tolong menolong karena Aku.”
Ini adalah
sebuah hadis Qudsi yang memberikan kabar baik tentang hikmah dan manfaat cinta
yang berlandaskan kebaikan yang meniatkan segala yang dilakukan untuk mengharapkan
ridha Allah swt.
Cinta seharusnya
dapat menjadi jembatan bagi iman, karena dengan cinta hati dan jiwa manusia
yang begitu beragam warna dan rasa serasa terhubung dengannya. Cintalah yang
kemudian membawa kita pada silaturahim dan saling bertaaruf satu sama lain.
Allah telah
menjamin hamba-Nya yang mampu mencintai seseorang semata-mata mengharap
ridha-Nya dengan keteduhan dan kenyamanan kelak di hari kiamat.
Salah satu tanda
kebesaran Allah adalah diciptakannya segala sesuatu dengan sistem keteraturan
dan keseimbangan yang sangat hebat, apalagi tentang cinta. Cinta telah
dilahirkan untuk sebuah konsistensi dan teratur bersemayam dalam hati.
Keindahan cinta
akan terus terpancarkan bila sistem hati dijaga dengan baik keteraturannya,
sehingga cemburu, curiga dan patah hati tidak akan pernah ada.
d) Mengendalikan
Cinta
Setiap orang
yang dilanda cinta sesama makhluk tentu merasa sangat bahagia, meski tidak
jarang ada juga yang berakhir dengan duka dan kecewa. Oleh sebab itu, harus
bisa mengendalikan cintanya agar cintanya kepada sesama makhluk tidak sampai
mengabaikan cintanya kepada sang Pencipta, Allah swt.
Cinta adalah
perwujudan dari naluri mempertahankan jenis atau dalam bahasa Arab dikenal
dengan gharizah al-nau’. Naluri ini jelas berbeda dengan kebutuhan jasmani
dalam soal pemenuhannya. Pemenuhannya untuk kebutuhan jasmani mutlak dipenuhi.
Seperti harus makan ketika lapar atau harus minum ketika haus.
Lain halnya
dengan naluri, pemenuhannya tidak mutlak. Meskipun tidak dipenuhi, tidak akan
menyebabkan kematian. Hal yang mungkin timbul hanyalah gelisah. Akan tetapi,
sebenarnya seseorang tidak perlu gelisah ketika kebutuhan nalurinya tidak
terpenuhi, karena kegelisahan dapat berpengaruh pada kemampuan konsentrasi
pikiran. Ketika seseorang gelisah, pikiran akan terpecah-pecah.
Selanjutnya,
mengenai asal pengaruh rangsangannya juga berbeda. Kebutuhan jasmani ada dalam
tubuh, sedangkan naluri dari luar. Oleh karena itu, naluri mempertahankan jenis
ini tidak akan meluap-luap jika belum ada pengaruh dari luar.
Contohnya,
seseorang tidak akan jatuh cinta kepada lawan jenis bila ia tidak pernah tahu
informasi tentang orang tersebut. Pada intinya, tidak diperbolehkan mendasari perilaku
atas nama cinta sehingga mengakibatkan kelalaian terhadap aturan dari Allah dan
rasul-Nya.
Mencintai dan
dicintai adalah fitrah manusia. Pada umumnya, tidak seorangpun di dunia ini
yang tidak ingin dicintai. Manusia yang normal tentu menginginkan kedua hal
tersebut. Namun, yang menjadi persoalan ialah tidak setiap orang mampu
mengendalikan dan menyikapi rasa cinta yang ada. Bahkan, tidak sedikit orang
yang akhirnya diperbudak oleh cinta. Cinta adakalanya kepada Allah dan
rasul-Nya, kepada orang tua, sahabat, dan juga kekasih. Lalu, kemana seharusnya
cinta sejati itu ditujukan?
Sahabat Anas bin
Malik pernah meriwayatkan hadis yang artinya, “seorang lelaki yang berasal dari
pedalaman bertanya kepada Rasulullah. Bilakah berlakunya kiamat? Rasulullah
bersabda: apakah persediaan kamu untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab:
cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Kemudian Rasulullah menjawab: kamu akan tetap
bersama orang-orang yang kamu cintai.” Cinta sejati, cinta yang suci adalah
kepada Allah dan rasul-Nya, bukan kepada yang lain. Akan tetapi, ini tidak
berarti bahwa dilarang mencintai kepada selain Allah dan rasul-Nya. Asalkan
cinta tersebut didasarkan pada dorongan cinta kepada Allah dan rasul-Nya,
berarti itu merupakan hal yang baik.
e) Mencintai
Dunia
Satu hal yang
menjadi kendala dalam usaha membangun kualitas diri adalah menyamakan cinta
dunia dan cinta kepada Allah. Padahal, kedua hal tersebut merupakan sesuatu
yang tidak dapat dipersatukan, seperti air dan minyak.
Manusia
diperbolehkan untuk hidup kaya dengan memiliki rumah yang bagus, mobil dan
harta yang melimpah. Namun, kekayaan tersebut tidak boleh membuat hati
terbelenggu kepadanya. Sehingga harta tidak menjaga pemiliknya dalam beribadah,
justru pemiliknya disibukkan dengan menjaga hartanya. Sebaiknya, dunia ini
dijadikan tempayan tempat setiap orang menyajikan amal saleh sebagai wujud
cinta dan pengabdian kepada Allah swt.
f) Cinta dan
Sopan Santun
Cinta pada
akhirnya dapat memberikan efek kepada setiap orang yang merasakannya dengan
sikap sopan dan santun. Mencintai sesungguhnya adalah jalan bagaimana kita
merawat, menjaga dan memberikan kesempatan untuk berekspresi dengan baik kepada
subjek yang dicintai. Di sinilah Allah menunjukkan kepada kita bahwa kesopanan
merupakan kesadaran bagaimana kita bisa merawat subjek yang kita cintai itu.
Itulah cinta yang luhur.
Tak sedikit
orang yang menempatkan sesuatu atau orang yang dicintainya sebagai objek
kepemilikan yang bebas untuk dieksploitasi. Sungguh, itu bukanlah cinta luhur
yang akan memberikan keselamatan.
Santun adalah
bukti dari rasa cinta kasih. Mencintai dan mengasihi tidak cukup hanya dalam
perkataan, tetapi mesti dinyatakan dalam tindakan. Maka, sebaiknya cinta kasih
dibuktikan dengan sikap santun dan menghargai kepada sesama makhluk Tuhan.
Dengan demikian, kehidupan sunnatullah akan terjaga.
- Pengertian Keadilan
Keadilan berasal
dari kata adil yang berasal dari bahasa Arab. Kata adil berarti tengah,
Pengertian adil ialah memberikan apa saja sesuai dengan haknya. Keadilan
artinya tidak berat sebelah, menempatkan sesuatu ditengah-tengah, tidak
memihak, berpihak kepada yang benar, dan tidak sewenang-wenang
Pengertian
Keadilan secara umum yaitu suatu hal-hal yang berkenaan pada sikap dan suatu
tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi sebuah tuntutan agar
sesamanya bisa memperlakukan sesuai hak dan kewajibannya.
Pengertian
Keadilan Menurut Para Ahli
1. Aristoteles
Menurut
Aristoteles menyatakan bahwa keadilan ialah sebuah tindakan yang terletak
diantara memberikan terlalu banyak dan juga sedikit yang bisa diartikan ialah
memberikan sesuatu kepada setiap orang yang sesuai dengan memberi apa yang
menjadi haknya.
2. Frans Magnis Suseno
Menurut Frans
Magnis Suseno menyatakan bahwa keadilan yaitu suatu keadaan antar manusia yang
diperlakukan dengan sama ,yang sesuai dengan hak dan kewajibannya
masing-masing.
3. Thomas Hubbes
Menurut Thomas
Hubbes menyatakan bahwa keadilan yaitu sesuatu perbuatan yang dikatakan adil
jika sudah didasarkan pada suatu perjanjian yang telah disepakati.
4. Plato
Menurut Plato
menyatakan bahwa keadilan ialah diluar suatu kemampuan manusia biasa yang mana
suatu keadilan tersebut hanya ada di dalam sebuah hukum dan juga
perundang-undangan yang dibuat oleh para ahli .
5. W.J.S Poerwadarminto
Menurut W.J.S
Poerwadarminto menyatakan bahwa keadilan yaitu tidak berat sebelah yang artinya
seimbang, dan yang sepatutnya tidak sewenang-wenang.
6. Notonegoro
Menurut
Notonegoro menyatakan bahwa keadilan yaitu suatu keadaan yang dikatakan adil
jika sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Implementasi hubungan manusia dengan keadilan dapat
dibagi menajdi :
-
Keadilan Legal / Moral
-
Keadilan Distributif
-
Keadilan Komunikatif
i.
Keadilan legal (iustitia Legalis), yaitu keadilan berdasarkan Undang-undang
(obyeknya tata masyarakat) yang dilindungi UU untuk kebaikan bersama (bonum
Commune).
Contoh:
Adalah adil
kalau semua pengendara mentaati rambu-rambu lalulintas.
Adalah adil bila
Polisi lalu lintas menertibkan semua pengguna jalan sesuai UU yang berlaku,
tanpa membanding bandingkan pangkat pelanggar tersebut.
Atau sama hal nya dengan adil bila semua gutu memberikan bentuk perhatian yang sama tanpa membeda bedakan perlakuan maupun jabatan orang tua anak tersebut.
Atau sama hal nya dengan adil bila semua gutu memberikan bentuk perhatian yang sama tanpa membeda bedakan perlakuan maupun jabatan orang tua anak tersebut.
ii.
Keadilan Distributif (iustitia distributiva) yaitu keadilan yang memberikan
kepada masing-masing orang apa yang menjadi haknya berdasarkan asas
proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan kecakapan, jasa atau kebutuhan.
Contoh:
Adalah adil
kalau Amel mendapatkan promosi untuk menduduki jabatan tertentu sesuai dengan
kinerjanya selama ini.
Adalah tidak adil
kalau Amel adalah seorang pejabat tinggi yang koruptor memperoleh penghargaan
dari presiden.
iii.
Keradilan Komutatif (iustitia commutativa) yaitu keadilan yang memberikan
kepada masing-masing orang apa yang menjadi bagiannya berdasarkan hak seseorang
(diutamakan obyek tertentu yang merupakan hak seseorang).
Contoh:
Adalah adil jika
Amel harus membayar sejumlah uang kepada Anka sejumlah yang mereka sepakati,
sebab Anka telah menerima barang yang ia pesan dari si Amel.
Setiap orang
memiliki hidup. Hidup adalah hak milik setiap orang,maka menghilangkan hidup
orang lain adalah perbuatan melanggar hak dan tidak adil
- Kejujuran dan Kecurangan
Kejujuran atau
jujur artinya apa yang dikatakan oleh seseorang sesuai dengan hati nuraninya
dan apa yang ia katakana adalah suartu kebenaran. Jujur juga berarti menggambarkan
bahwa hati seseorang tersebut bersih dari perbuatan yang dilarang oleh ajaran
agamanya. Adapun kesadaran moral adalah misalnya kesadaran tentang diri
seseorang tersebut dengan dihadapkan oleh hal yang baik dan buruk dalam waktu
bersamaan.
Di dalam
kehidupan sehari hari jujur tidaknya seseorang merupakan bagian hidup yang
tidak dapat dipisahkan. Ketidakjujuran sangat lah luas cakupannya, untuk mempertahankan
sebuah kejujuran banyak cara yang bisa dilakukan, dan yang paling mendasar adalah
dnegan mendekatkan diri kepada sang ilahi. Dan memupuk diri untuk selalu
melakukan hal hal baik dan berlaku serta berkata jujur.
Kecurangan
Artinya apalah
apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Orang yang sudah
berbuat kecurangan dengan maksud untuk memperoleh keuntungan atau materi
bersrti hatinya telah kotor. Bagi orang yang melakukan kecurangan akan
mendatangkan kesenangan bagi dirinya sendiri walaupun lingkungan sekitarnya
mungkin merugi atau menderita.
Banyak faktor
yang bisa mempengaruhi seseorang untuk bebuat kecurangan, misalnya faktor
ekonomi, faktor kebudayaan, faktor peradaban, faktor trknik dan lain
sebagainya.
Contoh sikap
kejujuran dan kecurangan sangatlah banyak dalam kehidupan sehari-hari, sebagai
contoh nya misal :
-
Ketika seseorang misal bernama Amel diperintahkan ibunya untuk menjaga
adiknya untuk sementara waktu ibu pergi ke pasar. Jika Amel jujur, dia akan
menjaga adiknya sesuai dengan apa yang diamanahkan oleh ibunya. Namun jika Amel
tidak jujur ia akan menitipkan adiknya untuk bisa melakukan hal lain.
-
Anka adalah seorang karyawan yang mengelola kebutuhan harian SDM. Dalam suatu
ketika ia tertimpa musibah, motor Anka hilang. Semenjak kehilangan motornya itu
Anka selalu pulang pergi kerja dengan menggunakan angkutan umum, ini jelas
membuat ekonomi Anka membengkak. Dalam masa ini Anka akan sangat boros. Jiika
Anka adalah anak yang jujur beliau akan menabung untuk kembali membeli motor
tersebut dengan tetap menjalankan perkerjaannya dnegan amanah. Namun jika Anka
adalah anak yang curang, ia akan memberdayakan para karyawannya dan jabatannya
sebagai jembatan untuk membantu memperbaiki perekonomiannya (Anka memakai uang
yang dialokasikan untuk SDM) tersebut.
Banyak sekali
contoh kejujuran dan kecurangan yang ada di lingkungan masyarakat.
Semoga kita
semua terhindar dari sikap kecurangan, jiwa yang ingin berbuat tidak baik dan
segala penyakit hati yang kelak akan mencelakakan kita semua.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya pada penulis.
Referensi :
Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/konsep-cinta-dan-kasih-sayang-dalam-islam/
Comments
Post a Comment