MLSI 4.4
TUGAS MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI KE-14
SABTU, 22 JUNI 2019
DOSEN PEMBIMBING : DONIE MARGAVIANTO, SKOM.,MMSI
========================================================
Testing untuk Volume Data / Isi Harddisk Pada Server
Testing untuk Volume Data / Isi Harddisk Pada Server
Cara melakukan
Testing untuk Volume Data / Isi Harddisk Pada Server
RAID, Redundant
Array of Inexpensive(Independent) Disks, adalah suatu sistem yang terbentuk
dari beberapa harddisk/drive. Secara sederhana, kita biasa membuat beberapa
partisi dalam satu harddisk. Nah, dengan RAID, kita dapat membuat satu partisi
dari beberapa harddisk.
RAID adalah organisasi
disk memory yang dapat mengatasi sejumlah disk dengan system akses nya parallel
dan redundansi di tambah kan untuk memberikan peningkatan reliabilitas. Kerja
parallel ini memberikan hasil resultan kelajuan disk yang akan lebih cepat.
Penggunaan istilah
RAID pertama kali diperkenalkan oleh David A. Patterson, Garth A. Gibson dan
Randy Katz dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat pada tahun
1987. Tetapi walaupun mereka yang menggunakan istilah RAID pertama kali, tetapi
hak paten RAID sejatinya dimiliki oleh Norman Ken Ouchi dari IBM, yang pada
tahun 1978.
RAID memiliki
sebanyak 3 karakteristik umum, dan ketiga karakteristik umum tersebut itu
ialah:
Data nya di
distribusikan pada drive fisik array
RAID merupakan
sekumpulan dist drive yang di klaim sebagai system tunggal pada disk
Kapasitas
redundant disk di pakai untuk menyimpan informasi paritas, yang sudah menjamin
recoverability data pada saat terjadi kegagalan disk atau terjadi suatu
masalah.
Level – level
strandart Raid
RAID level 0
Raid pada level 0
ini memakai sekumpulan disk dengan striping di level biok, tanpda adanya
redundansi. Maka dari itu ia hanya menyimpan dan melakukan striping blok data
di dalam sejumlah disk. Level 0 ini sesungguh nya tidak termasuk di dalam
kelompok RAID, hal ini di karenakan level 0 tidak memakai redundansi dalam
peningkatan kinerja nya tersebut.
RAID level 1
RAID level 1
adalah disk mirroring, memalsukan atau menduplikat di masing masing disk.
Langkah langkah ini bisa memberikan peningkatan terhadap kinerja disk, namun
jumlah disk yang di perlukan juga berubah menjadi 2 kali lipat. Maka dari itu
dana nya menjadi sangat lah mahal.
RAID level 2
RAID level 2 ini
adalah pengorganisasian dengan error – correcting – code (ECC). Seperti di
memory server EEC yang di mana pendeteksian titik terjadinya error memakai
paritas bit. Di masingn masing byte data memiliki suatu paritas yang
bersesuaian yang merepresentasi kan jumlah bit pada byte data tersebut, yang
dimana paritas bit = 0 apabila jumlah bit parasite = 1 atau ganjil atau
parasitas bit=0 genap.
RAID LEVEL 3
RAID LEVEL 3
adalah suatu pengorganisasian dengan paritas bit interleaved. Dalam
pengorganisasian level ini hampir sama hal nya dengan RAID level 2, hanya saja
pada RAID Level 3 ini membutuhkan suatu disk redundan, seberapa pun banyak atau
jumlah dari kumpulan disk nya.
RAID Level 4
RAID Level 4 ini
adalah suatu pengorganisasian dengan paritas blok interleaved, yakni memakai
striping data di level blok, dengan mengesave atau menyimpan suatu paritas blok
di suatu disk yang berlainan untuk masing masing blok data di disk lain yang
saling bersesuaian.
RAID level 5
RAID Level 5 ini
adalah suatu pengorganisasian dengan paritas blok interleaved yang tersebar.
Paritas dan juga data yang di sebar di seluruh disk termasuk pada suatu disk
tambahan nya.
RAID Level 6
Untuk RAID Level 6
ini dinamai juga dengan redundansi p + q, seperti hal nya pada RAID level 5,
namun menyimpan sebuah informasi redundan tambahan yang nantinya berguna untuk
mengantisipasi terjadinya kegagalan dari sejumlah disk secara bersamaan.
RAID Level 10
RAID 10 biasa juga
disebut dengan RAID 1+0 atau RAID 1 dan 0, mirip dengan RAID 0+1, cuma
perbedaanya adalah penggunaan level RAID nya dibalik. RAID 10 sebenarnya bukan
level standar RAID yang diciptakan untuk driver Linux MD. RAID 10 membutuhkan
minimal 4 buah hardisk.
RAID 10 adalah
kombinasi antara RAID 0 (data striping) dan RAID 1 (mirroring). Memiliki
performa baca/tulis & redundansi data tertinggi (memiliki toleransi
kerusakan hingga beberapa hardisk). RAID 10 memiliki toleransi kerusakan 1
hardisk per mirror stripe.
RAID 10 biasanya
banyak diimplementasikan pada database, web server & server aplikasi atau
server-server yang membutuhkan performa hardisk tinggi.
RAID Level 50
RAID 50 (atau juga
disebut dengan RAID 5+0) merupakan kombinasi block-level striping dari RAID 0
dengan distribusi parity dari RAID 5. RAID 50 membutuhkan minimal 6 hardisk.
Jika salah satu
hardisk dari masing-masing RAID 5 ada yang rusak, data akan tetap aman. Akan
tetapi jika hardisk yang rusak tidak segera diganti, dan hardisk dari RAID 5
tersebut ada yang
rusak lagi, maka
semua data di RAID 50 akan rusak. Penggantian hardisk harus dilakukan agar data
tetap terjaga redundansinya.
RAID Level 60
RAID 60 (atau juga
disebut dengan RAID 6+0) merupakan kombinasi block-level striping dari RAID 0
dengan distribusi parity dari RAID 6. RAID 60 membutuhkan minimal 8 hardisk.
RAID 50 dan RAID
60 tidak banyak perbedaan, yang membedakan hanya pada toleransi kerusakan
hardisk. Jika pada RAID 50 toleransi kerusakannya 1 hardisk per sub-array,
sedang di RAID 60 adalah 2 hardisk per sub-array.
Data recovery atau
pemulihan data adalah proses penyelamatan (retrieving) data yang tidak dapat
diakses, hilang , rusak atau terformat dari penyimpanan sekunder, media
removable atau file, bila data yang tersimpan didalamnya tidak dapat diakses
dengan cara biasa. Data paling sering disimpan dari media penyimpanan seperti
harddisk drive internal atau eksternal hdd, ssd, flash drive USB , kaset
magnetic , dvd, cd, subsistem raid, dan perangkat elektronik lainnya. Pemulihan
data mungkin diperlukan karena kerusakan fisik pada perangkat penyimpanan atau
kerusakan logis pada system berkas yang mencegahnya dipasang oleh system
operasi induk.
Hal Pemulihan data
yang paling umum melibatkan kegagalan system operasi, kerusakan perangkat
penyimpanan, kegagalan logis perangkat penyimpanan, atau mungkin penghapusan
data yang tidak disengaja, dll. Dalam hal ini tujuan utamanya adalah untuk
menyalin semua file penting dari media yang rusak ke media baru lainnya. Ini
dapat dilakukan dengan mudah menggunakan live CD, yang banyak diantaranya
menyediakan sarana untuk memasang drive system dan drive cadangan atau memindahkan
file dari drive system ke media back-up dengan file manager / perangkat lunak
authoring cakram optic. Kasus seperti ini seringkali dapat dikurangi dengan
cara partisi disk secara konsisten untuk menyimpan file data berharga.
Hal lain yang
melibatkan kegagalan pada drive, seperti system berkas yang dikompromikan /
partisi drive / kegagalan harddisk drive. Dalam kasus ini, data tidak mudah
dibaca dari perangkat media. Bergantung pada situasinya, solusi perbaikan
system berkas logis, table partisi atau catatan boot master / memperbarui
teknik pemulihan firmware atau drive mulai dari pemulihan data berbasis
perangkat keras dan perangkat lunak dari area layanan yang rusak “atau dikenal
sebagai firmware harddisk drive. Untuk penggantian perangkat keras pada drive
yang rusak secara fisik yang melibatkan perubahan bagian-bagian drive yang
rusak untuk membuat data dalam bentuk yang mudah dibaca dan dapat disalin ke
drive baru. Jika pemulihan drive diperlukan, drive itu sendiri biasanya gagal
secara permanen, dan fokusnya pada pemulihan satu kali, menghemat data apapun
yand dapat dibaca.
Hal ketiga, file
yang secara tidak sengaja dihapus dari media penyimpanan oleh pengguna.
Biasanya , isi file yang terhapus tidak segera dihapus dari drive fisik.
Sebagai gantinya, referensi kepada mereka dalam struktur direktori akan
dihapus, dan setelah itu ruang yang mereka hapus digunakan untuk menampung atau
penumpukan data berikutnya. Dalam pikirin pengguna, file yang dihapus tidak
dapat ditemukan melalui pengelola file standart, namun data yang dihapus secara
teknis ada pada drive fisik. Sementara itu, isi file asli tetap ada.
Istilah Pemulihan
data juga digunakan dalam konteks aplikasi forensic atau spionase, dimana data
yang telah dienkripsi / disembunyikan bukan rusak telah ditemukan. Pemulihan
data hanya bisa dilakukan oleh beberapa ahli forensik komputer.
Contoh
EaseUS Data
Recovery Wizard adalah software pemulihan untuk Windows yang mendukung file,
partisi, dan pemulihan data secara lengkap.
EaseUS Data
Recovery Wizard memecahkan semua masalah kehilangan data – dari mulai
memulihkan file yang dikosongkan dari recycle bin atau hilang karena software
crash, hardisk yang diformat atau rusak, serangan virus, kehilangan partisi,
dan alasan lain yang tidak diketahui di Windows, ia memulihkan data dari
partisi diformat dengan nama dan jalur penyimpanan yang asli.
Berikut merupakan
contoh sederhana menggunakan EaseUS Data Recovery Wizard:
Nyalakan PC Anda
sebagai local admin
Sebelum
menjalankan aplikasinya, Cek terlebih dahulu file apa saja yang ada di disk
yang akan kita scan
Kemudiah hapus
file yang akan kita recover
Install aplikasi
EaseUS Data Recovery Wizard, dan ikuti semua petunjuk instalasi
Secara default,
akan terceklis opsi seperti dibawah, jika ingin melakukan pemulihan file-file
tertentu kita dapat memilih dengan cara hanya menceklis jenis file tersebut
Pilih local drive
yang akan dipulihkan
Setelah scan
selesai pilih file yang akan dipulihkan lalu klik recover
Tentukan dimana
lokasi file yang Anda pulihkan akan disimpan
Proses pemulihan
selesai
Data anda yang
hilang sudah bisa anda gunakan kembali
Jika file yang
anda cari belum ditemukan anda dapat menggunakan opsi deep-scan (sekedar
informasi: file yang bisa dipulihkan adalah file yang pada drive tersebut belum
ditumpuk oleh file baru, jika Anda memiliki Flashdisk 16GB, menghapus file A:
2GB, lalu mengisi flashdisk tersebut dengan berbagai file sampai berisi 15,5GB,
kemungkinan anda dapat memulihkan file A sangat kecil karena sudah tertumpuk)
Pada artikel ini
hanya didemokan 1 dari banyak tools untuk melakukan forensik atau pemulihan
(recovery).
Inovasi Informatika
Indonesia (I3) merupakan authorize partner EC-Council yang menyediakan berbagai
jenis kelas training dan sertifikasi di bidang keamanan (security), mulai dari
tingkat fundamental sampai tingkat advance.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya pada penulis.
Referensi :
http://articleren.blogspot.com/2018/08/cara-melakukan-testing-untuk-volume.html
http://apple-lab.com/apa-itu-data-recovery/
http://i-3.co.id/memulihkan-dan-mengembalikan-data-yang-hilang-dengan-easeus-data-recovery-wizard/
http://adityamuhammadputra.blogspot.com/2018/06/tugas-41-manaj-layanan-sistem-informasi.html
http://blog.dimensidata.com/pengertian-raid-dan-macam-jenis-level-teknologi-raid/
http://articleren.blogspot.com/2018/08/cara-melakukan-testing-untuk-volume.html
http://apple-lab.com/apa-itu-data-recovery/
http://i-3.co.id/memulihkan-dan-mengembalikan-data-yang-hilang-dengan-easeus-data-recovery-wizard/
http://adityamuhammadputra.blogspot.com/2018/06/tugas-41-manaj-layanan-sistem-informasi.html
http://blog.dimensidata.com/pengertian-raid-dan-macam-jenis-level-teknologi-raid/
Comments
Post a Comment